SUARAPOS.CO.ID – Koalisi Rakyat untuk Keadilan Iklim (KORAL) Babel menggelar long march guna menyuarakan keadilan iklim, pada Sabtu (09/12/2023).
Koalisi yang terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan sejumlah organisasi mahasiswa berangkat dari Titik Nol Pangkalpinang sekitar pukul 14.00 WIB.
Aksi long march dimulai melalui Simpang Lampu Merah Ramayana, Simang Lampu Merah Mentok, Simpang Tujuh hingga kembali lagi ke Titik Nol Pangkalpinang.
Orasi, yel-yel “What Do We Want, Climate Justice” ” When Do We Want It, Now” digemakan oleh massa aksi sepanjang long march.
Tak lupa, mereka membawa sejumlah poster dan spanduk, “Wujudkan Transisi Energi Terbarukan dan Berkeadilan” “Bangka Belitung Menolak PLTN” Pula, tulisan-tulisan bernada protes lainnya.
Aksi ini ditujukan untuk menekan pemerintah mengambil langkah dan solusi konkret berwawasan lingkungan. Industri ekstraktif dan perdagangan karbon dalam kerangka pasar bukanlah solusi,” jelas Badar, perwakilan Walhi.
Selain itu, aksi yang dilakukan ini dalam rangka merespon COP 28 ini dilakukan secara serentak dalam sekala global dengan tema ” Global Day Of Action For Climate Justice”. Aksi ini bertujuan untuk menuntut para pimpinan yang hadir dalam COP 28 untuk serius dalam upaya-upaya mitigasi krisis iklim, lanjutnya.
Sesampai di Titik Nol, massa aksi melanjutkan orasi-orasi oleh beberapa peserta rombongan aksi.
Berbicara iklim artinya kita berbicara nasib masadepan bumi dan nasih anak cucu kita nanti. Maka permasalahan iklim adalah masalah kita bersama yang harus kita respon dan sikapi dengan serius ” lantang Alam, salah satu orator.
Alam juga menyampaikam dampak ancaman krisis iklim yang terjadi di Bangka Belitung diantaranya kenaikan suhu bumi yang semakin panas, kekeringan, banjir, serta intrusi air laut.
Mayoritas nelayan tradisional susah memprediksi cuaca yang terus berubah-ubah, sehingga kesulitan kapan bisa dalam menangkap cumi-cumi atau ikan-ikan hasil tangkap, dan belum lagi ancaman pulau tenggelam. Pemanasan global memungkinkan dalam waktu dekat, provinsi dengan 950 pulau, mengalami krisis pangan dan krisis air bersih.
Usai sesi orasi aksi ditutup dengan penyampaian pernyataan sikap seluruh massa aksi sebagai respons atas masalah-masalah aktual terkait krisis iklim. Adapun poin-poin tuntunan aksi ini meliputi:
1.Penolakan terhadap praktik perdagangan karbon berbasis mekanisme pasar.
2.Pembahasan loss and damage akibat krisis iklim.
3.Percepatan phasing out PLTU Batubara sebelum 2030
4.Penghentian solusi iklim palsu.
5.Penyelamatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dari dampak krisis iklim.
6.Penolakan perang keras penjajahan Israel atas Palestina.
7.Pendekatan negosiasi dengan mempertimbangkan hak bagi masyarakat adat, kelompok muda, perempuan, dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. (AW/SP)