Oleh: Nazwar S. Fil. I., M. Phil
Penulis Lepas Yogyakarta
TERDAPAT langkah menolong agama Allah yang diseru Allah sendiri dalam al-Qur’an berupa pernyataan-pernyataan gugahan agama Allah, dari Allah Yang Maha Kuat, Maha Kaya, serta Maha Kokoh yang menurunkan agama Islam kepada Rasul, dan telah sempurna sebagaimana disampaikan melalui firman Allah dalam penggalan Qur’an Surat al-Maa’idah: 3 berikut artinya:
“…al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu ‘alaykum warodliitu lakumul Islama diina…” artinya: “…pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagi kalian dan Aku telah meridhoi untuk kalian agama Islam…”, dipersandingkan dengan usaha manusia; menolong! Menggugah siapa saja yang merasa diri lemah dan membutuhkan pertolongan Allah, terlebih dijanjikan akan diteguhkan langkah/kedudukan.
Sabda Rasul terkait kesempurnaan agama juga bisa didapat dalam Hadits-hadits, diantaranya perihal pusaka yang Beliau Shallahu ‘alaihi wasallam tinggalkan, sepeninggal (kematian) berupa al-Qur’an dan Hadits. Artinya lengkap sudah ajaran kebenaran tanpa kurang sedikit apa, dan tidak kebenaran di kuar itu semua (“tidak ada lagi petunjuk selain kesesatan”).
Lantas bagaimana dengan makna dari istilah “membela (agama) Allah” yang disebutkan dalam al-Qur’an tersebut?!
Langkah membela atau menolong agama dapat diambil pengertiannya sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Abdullah Roy dalam dua poin.
Pertama, mempelajari dan mendalami agama Allah (al-Qur’an, Hadits, dan ilmu-ilmu agama lain seperti akidah dan lain sebagainya) untuk dirinya sendiri sebanyak-banyaknya, secara rela dengan bersusah-payah, serta berkorban apa yang ada pada diri sendiri, seperti harat, waktu dan usia.
Intinya langkah ini adalah dalam rangka menghilangkan kebodohan dalam diri dengan belajar ilmu agama yang kemudian untuk diamalkan.
Kedua, mengamalkan agama Allah, di saat orang lain bersikap malas (meninggalkan). Menjalankan kewajibkan, menghidupkan sunnah, dan mengamalkan Islam secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah mengamalkan adalah penting selain menghindari sikap yang sangat dibenci Allah dan mukminin, berupa “mengatakan apa yang tidak dilakukan” sebagaimana terhadap banyak ahli kitab yang sebelumnya, juga agar terhindar dari zindiq dan hipokrit (munafiq).
Kembali kepada fokus ulasan, menolong agama Allah dapat diartikan tidak dengan mengangkat pedang, artinya memerangi para penguasa atau orang-orang yang berusaha meruntuhkan sebut istilah kian populer dengan “marwah” agama atau sekedar meninggalkannya.
Namun sesuai dengan kemampuan masing-masing, seperti belajar, mengajarkan dan menyebarkan (dakwah) kepada orang lain dan diawali dengan belajar.
Belajar dan mengamalkan agama dikatakan sebagai langkah menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan meneguhkan langkah. Bahkan belajar pada derajat tertentu dapat meraih derajat jihad pada derajat tertentu pula (sebab bentuk jihad bisa bermacan rupa seperti ibu nelahirkan dan lain sebagainya namun puncaknya adalah berperang di jalan Allah).
Menjalankan agama secara holistik adalah makna lain menolong agama Allah pada poin mengamalkan agama. Sebenarnya poin utama dari sebut istilah menolong agama Allah adalah pada poin menyeluruh atau holistik tersebut.
Dianggap sebab urgensi menjakalankan agama adalah menyeluruh dan tidak hanya sebagaimana tudingan terhadap beberapa sikap orang di zaman dulu yang menjalankan ajaran agama dengan mengimani sebagian dan meninggalkan sebagian lain.
Cara menjalankan agama dengan model pilih-pilih ini tentu tercela. Bukan Allah yang menjadi tujuan tetapi hawa nafsu dan keinginan pribadi yang diikuti. Padahal poin utama membela agama adalah sebut isitilah yang kian populer dengan “kaaffah” atau menyeluruh.
Menjalankan perintah dan larangan yang terkandung di dalamnya secara total atau menyeluruh agar tidak termasuk mengikuti jalan lain yaitu jalan atau jejak setan.
Bukan sembarang tuduhan, beragama dengan cara memilih-milih dari ajaran keseluruhan agama dengan meninggalkan yang lain, serta berdasarkan waktu semisal hanya pada pagi hari namun meninggalkannya pada waktu sore, adalah terlarang oleh Allah dan termasuk kafir.
Jika dikatakan belajar dan mengamalkan adalah langkah membela agama Allah, maka kedua langkah tersebut sesungguhnya bagian dari berbagai bagian lain dalam menjalankan agama secara menyeluruh.
Menjalankan agama secara menyeluruh merupakan sebut istilah dalam artikel sebelumnya dengan esensi sekaligus eksistensi dalam beragama merupakan pembelaan terhadap agama secara sesungguhnya. (*)